Pekanbaru (ANTARA
News) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menilai budaya Melayu
tidak lekang dimakan zaman sekalipun saat ini arus modernisasi
kebudayaan di dunia mengalir deras.
"Kebudayaan Melayu di Indonesia dan Asia Tenggara masih eksis di
tengah modernitas budaya dan arus globalisasi," kata Direktur Sejarah
dan Nilai Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Endjat
Djaenudrajat di Pekanbaru, Riau, Senin.
Ia menyatakan hal tersebut saat menyampaikan sambutan dalam Dialog
Budaya Melayu, pada 3--5 Desember 2012 yang diikuti pakar budaya Melayu
dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, dan
Thailand.
Dikatakan, saat ini perubahan budaya berlangsung sangat cepat bukan
saja di Indonesia tapi juga seluruh negara di dunia mulai dari sosial,
bisnis, politik dan budaya antarkelompok dan antarbangsa.
Nama Melayu, katanya, merujuk kepada penuturan bahasa yang ada di Indonesia, Malaysia bahkan sampai Thailand.
Di Indonesia, tambahnya, budaya dan orang Melayu tersebar hingga Sumatera Utara, Riau, Jambi, hingga Bangka Belitung.
"Budaya Melayu memiliki nilai luhur dan teruji kehandalannya menjadi jati diri masyarakatn," katanya.
Pada saat masa penjajahan, katanya, budaya Melayu sempat terancam
terpengaruh gelombang imperialisme dari Belanda dan Portugis yang
membawa kultur masing-masing.
"Kebudayaan Melayu saat ini telah menyatu menjadi kebudayaan
nasional sehingga perlu dilestarikan sebagai pembangunan karakter dan
jati diri," kata Endjat.
Budaya Melayu merupakan satu dari sekian banyak akar budaya yang ada di dunia.
Kebudayaan ini memiliki pengaruh sangat besar terhadap terbentuknya pola dinamika kehidupan manusia sampai sekarang.
Dikatakan, selama ini sebagai sebuah identitas kultural, Melayu
kerap diidentifikasikan sebagai masyarakat yang beragama Islam, beradat
istiadat Melayu dan menempati kawasan Melayu.
Padahal, tidak semua orang yang mengidentifikasikan dirinya sebagai
orang Melayu menempati kawasan melayu, menganut agama islam dan
mempraktikan adat istiadat Melayu dalam kehidupan sehari-hari.
Dari hal tersebut bisa diartikan bahwa sebagai budaya Melayu bukan suatu entitas yang bersifat tunggal dan homogen.
Atau dengan kata lain, Melayu adalah sebuah rumah yang dihuni oleh
berbagai orang dengan cara pandang dan sifat hidup yang berbeda-beda.
Mengingat beragamnya ekspresi kebudayaan yang disebabkan pandangan
hidup masyarakat yang berbeda-beda, maka dibutuhkan sebuah dialog
diantara masyarakat Melayu.
Tujuannya untuk saling memahami dan menghasilkan regenerasi yang
konsisten terhadap pihak-pihak terkait sebagai pemangku kepentingan
Budaya Melayu itu sendiri.
"Dialog Budaya Melayu ini menjadi sangat penting demi menjaga
eksistensi Melayu sebagai akar budaya di Indonesia," kata Endjat.
(A025/Z002)
No comments:
Post a Comment